SEJARAH DAN PERISTIWA
3 Raja "Bocah" yang Mengubah Sejarah
Seorang raja di abad pertengahan tentunya memiliki wibawa yang sangat
besar dan kekuasaan absolut. Sejarah pun mencatat nama tiga orang raja
yang naik takhta di saat usia mereka masih di bawah 18 tahun dan wafat
di usia di bawah 25 tahun. Namun, eksistensi mereka cukup memberikan
pengaruh besar pada dunia ini.
1. Ptolemy XIII Theos Philopator
Di
saat Mesir dipimpin oleh Dinasti Ptolemaik, Ptolemy XIII naik takhta
saat usianya masih 12 tahun. Firaun muda itu menjadi kepala negara pada
tahun 51 SM di bawah bayang-bayang saudarinya, Cleopatra. Karena cemburu
dengan kepopuleran Cleopatra, Ptolemy XIII mengobarkan perang saudara
pada 48 SM dan berhasil mengusir Cleopatra dari Mesir ke Suriah.
Demikian, dilansir dari History.com, Kamis (4/4/2013)
Ptolemy
pun membangun aliansi dengan Pimpinan Roma di Pmpey yang pada saat itu
tengah berperang dengan Julius Caesar. Ketika Pompey kalah, jendral Roma
itu datang meminta perlindungan ke Mesir. Ptolemy XIII dan walinya,
Pothinus, menerimanya namun akhirnya jendral itu justru dibunuh karena
Ptolemy ingin mengambil hati Caesar.
Namun saat Caesar datang ke
Mesir, Caesar justru merasa terganggu karena Ptolemy mempersembahkan
kepala musuhnya yang mereka bunuh. Caesar menegaskan, musuh bebuyutannya
harus dimakamkan secara hormat menurut tradisi Roma. Cleopatra VII yang
sudah diusir oleh adiknya sendiri, justru berhasil mendapatkan atensi
dari Caesar. Caesar pun merancang plot pembunuhan terhadap Pothinus dan
meminta Ptolemy melakukan rekonsiliasi dengan Cleopatra.
Ptolemy
menolak usulan itu, dan langsung memimpin perlawanan terhadap Roma.
Caesar cukup kesulitan menghadapi Ptolemy, perpustakaan Roma di
Alexandria pun terbakar. Namun peperangan itu dimenangkan oleh Caesar
ketika pasukan Roma tiba di Pergamum. Ptolemy pun dikabarkan tewas
tenggelam ketika berupaya menyeberangi Sungai Nil.
2. Kaisar Shunzhi
Kaisar
ketiga dari Dinasti Qing di China ini diangkat ketika masih lima tahun.
Fulin berkuasa pada 1643 silam setelah ayahnya wafat, namun karena
terlalu muda, Shunzhi diwakili oleh pamannya sendiri, Dorgon.
Dorgon
hanya menjadi wali bagi kaisar kecil itu selama enam tahun. Setelah
Dorgon meninggal dunia, kaisar yang masih berusia 11 tahun itu langsung
memegang kendali pemerintahan di kerajaan Asia Timur itu.
Salah
satu kebijakan kaisar muda itu adalah membangun aliansi dengan sejumlah
badan-badan hukum di dinasti itu dan mengentaskan korupsi. Shunzhi juga
mencoba mengonsolidasikan kekuatan Dinasti Qing.
Kaisar Shunzhi
dikenal sebagai seorang pemimpin dengan wawasan terbuka. Bocah itu
mempelajari sains, astronomi, serta beberapa nilai-nilai keagamaan.
Shunzhi juga terkenal dengan sikap toleransinya antar umat beragama.
Pada
1652 silam, Kaisar Shunzhi menggelar resepsi di Peking untuk menyambut
Dalai Lama V. Shunzhi juga sempat melakukan konsultasi dengan seorang
misionaris Jesuit asal Austria, Johan Adam Schall von Bell. Shunzhi
meninggal dunia karena cacar pada usia 22 tahun. Putranya, Kangxi,
langsung diangkat menjadi kaisar dan memimpin China selama 60 tahun.
3. Raja Baldwin IV dari Yerusalem
Raja
Baldwin IV yang naik takhta pada usianya yang ke-15 tahun, telah
menjadi Pemimpin Yerusalem. Raja Baldwin IV menderita penyakit kusta
sejak masih kecil. Baldwin mempertahankan Yerusalem dari serangan
Sallahuddin al-Ayyubi yang memimpin Mesir dan Suriah.
Ketika
Sallahuddin bergerak ke Kota Ascalon pada 1177, Raja Baldwin muda maju
menghampiri Sallahuddin dengan pengawalan ratusan Ksatria Templar.
Baldwin mengaku, dirinya sangat ingin berperang melawan pasukan
Sallahuddin usai perjanjian gencatan senjata itu berakhir.
Namun
Baldwin IV terlalu lemah karena penyakit kustanya. Baldwin tidak sanggup
menunggang kuda dalam waktu yang cukup lama. Dan dalam beberapa tahun,
kondisi Baldwin pun kian melemah.
Baldwin IV wafat pada 1185 di
usianya yang ke-23 tahun. Baldwin IV digantikan oleh keponakannya yaitu
Baldwin V yang masih berusia delapan tahun. Namun Baldwin V hanya
memerintah selama satu tahun karena pada 1186 bocah itu meninggal dunia.
Satu tahun kemudian, Sallahuddin al-Ayyubi berhasil memenangkan
Pertempuran Hattin, dan mengambil alih kekuasaan Kerajaan Yerusalem.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar